Kamis, 08 November 2012


Yang Muda atauYang Tua?

Kalau kita memilih buah, pilih yang tua atau yang muda? Pasti menjawabnya: “Ya tergantung buah apa dulu”.  Kalau buah mentimun, jelas enak yang muda. Tidak ada to yang memilih buah mentimun yang sudah tua, kuning, dan keriput.  Jangankan orang, kancil saja nggak mau.  Begitu juga dengan buah kelapa.  Kalau sedang berada di Semarang, Yogyakarta, Jakarta atau Surabaya, di waktu siang bolong, pada saat panasnya ruarrr biasa tentu kita akan memilih kelapa muda. Di tambah es, diminumnya di bawah pohon yang rindang, pasti akan terasa maknyus.

 Sebaliknya kalau buah yang harus dipilih adalah buah rambutan, pasti hanya orang yang  tingkat kewarasannya dipertanyakan yang memilih buah yang masih muda. Buah rambutan muda, apanya yang mau dimakan? Masih kopong, hanya ada rambutnya thok. (belum ada AN-nya) begitu juga sawo, pasti tidak ada yang mau makan sawo yang masih muda tho, selain banyak getahnya, rasanya sepet.

Bagaimana dengan orang? Mana yang lebih berguna, yang muda atau yang tua? Bila kita harus pergi ke dokter karena sakit, mana yang dipilih, dokter muda yang baru saja lulus atau dokter tua yang hampir pensiun? 

Pembedaan antara tua dan muda terjadi dalam banyak urusan. Ada pandangan yang mengagungkan masa muda. Sebaliknya ada yang mengagungkan masa tua. Padangan yang mengagungkan masa muda berkata,”Yang berguna bagi masyarakat adalah orang muda. Orang muda lebih kreatif, lebih produktif, berpikir dinamis dan cakap memimpin.” Benarkah itu?  Coba perhatikan data berikut : Soekarno baru berumur 27 tahun ketika mendirikan PNI, RA Kartini baru berumur 21 tahun ketika mendirikan sekolah bagi anak perempuan, Sudirman baru berumur 30 tahunan ketika menjadi Jenderal, Iganatius Slamet Riyadi baru 26 tahun ketika menjadi Letnan Kolonel.  Seorang tokoh pandangan ini bernama Simone de Beauvoir berkata,”Orang yang sudah tua tidak berguna bagi masyarakat. Makin tinggi umur orang, makin rendah pengetahuannya. Makin maju umur orang, makin mundur kecakapan berpikirnya.”   

Sebaliknya ada juga pandangan yang mengagungkan masa tua. Dalam kitab Wulangreh, orang tua digambarkan sebagai pohon beringin yang berakar dengan meluas dan mendalam. Kepada orang  tualah, orang berteduh dan berguru. Kong Fu Tse (551-479 SM) juga mengagungkan masa tua.  Ia berkata,”Pada umur 20, orang belajar bijaksana, umur 30 tahun tumbuh bijaksana, umur 40 merasa bijkasana, umur 50 mencoba bijaksana, umur 60 mulai bijaksana, dan umur 70 baru bijaksana.”

Sekarang bagaimana dengan ajaran Alkitab? Apakah Alkitab mengungkapkan salah satu masa? Yang mana?  Atau keduanya? Mari kita lihat dan cermati : Pertama, tentang masa muda.  Di Pengkotbah 11 : 9 tertulis,”Bersukarialah ...dalam kemudaanmu, biarlah hatumu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu...”   Di sini masa muda dianggap sebagai suatu kegembiraan dan Tuhan memberi kebebasan agar orang menikmati masa muda. Namun tunggu dulu, ayat ini segera dilanjutkan dengan,” ...tetapi, ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah membawa engkau ke pengadilan.” Apa artinya itu? Artinya orang harus mempertanggungjawabkan penggunaan masa mudanya kepada Tuhan. Ayat ini dilanjutkan dengan suatu pedoman,”Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu ...” (Pengkotbah 12:1). Kedua, tentang masa tua. Di Mazmur 92 : 13 – 16 tertulis,”Orang benar akan bertunas seperti pohon kurma ...pada masa tua pun mereka masih berbuah ...”  Pemazmur ini mengerti sifat pohon kurma. Umur pohon kurma mencapai puluhan tahun. Buah kurma justru semakin berkualitas ketika pohonnya sudah tua. Pemazmur ini hendak  berkata bahwa masa tua adalah masa menghasilkan buah yang bermutu.  Apa sebabnya?  Pemazmur ini melanjutkan,”...mereka yang ditanam di bait Tuhan akan bertunas di pelataran Allah”.  Masa tua adalah masa berbuah karena berakar pada Tuhan.  Apa tujuan  berbuah pada masa tua?  Pemazmur ini menjawab,”...untuk memberitakan bahwa Tuhan itu benar, bahwa Ia gunung batuku....”  Artinya masa tua bukan untuk menganggur, melainkan ada fungsinya, yaitu bersaksi pada generasi anak cucu tentang kebenaran dan kesetiaan Tuhan.

            Jadi, Alkitab tidak mengagungkan masa muda lalu melecehkan masa tua. Sebaliknya, Alkitab juga tidak mengagungkan masa tua lalu meremehkan masa muda.  Dengan indahnya Yesaya 46 : 3 – 4 merangkum sikap Tuhan terhadap masa muda dan masa tua:
“ ... hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan yang Kujunjung tinggi  sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau mendukung kamu terus, Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. Tulisan ini mengandung arti :
Pertama, Allah adalah Tuhan atas masa tua dan masa muda.
Kedua, ini adalah pengakuan bahwa Tuhan memelihara hidup kita di masa muda dan masa tua secara berkesinambungan.
Ketiga, ini adalah amanat agar masa muda dan masa tua dijalani secara benar. Tuhan memberikan masa muda bukan supaya kita tenggelam dalam obsesi mengejar pelbagai ambisi dan prestasi, kedudukan, kesenangan, dan harta benda.  Di sini terkandung peringatan bahaya bahwa dalam masa muda kita begitu sibuk sehingga tidak punya waktu untuk Tuhan dan orang lain.  Yesaya mengingatkan bahwa kita menjalani masa muda bukan karena kekuatan sendiri tetapi karena Tuhan menjunjung kita.

         Amanat ini juga memberi peringatan tentang masa tua. Tuhan memberi masa tua bukan supaya kita hanya melihat hal-hal yang jelek dan menjengkelkan. Masa ini diberikan bukan hanya untuk mengeluh, tetapi untuk melihat hal-hal yang baik yaitu bahwa Tuhan sungguh telah bermurah hati dan bahwa pada saat kita menjalani masa tua bukan sendirian, melainkan Tuhan sedang menggendong kita.
Baik terhadap masa muda maupun masa tua Alkitab menegur sekaligus menghibur. Baik masa muda maupun masa tua memiliki bahaya dan indahnya masing-masing. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

When there is a will, there is a way