Kamis, 08 November 2012


KITA ADA,
BUKANLAH SUATU KEBETULAN

Bacaan : Yesaya 44 : 2a ,“Beginilah firman Tuhan yang menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan dan yang menolong engkau”.

Kelahiran kita bukanlah suatu musibah atau kesalahan. Hidup kita bukanlah suatu kebetulan alam. (walau kadang ada yang berkata :”Si anu menikah karena terjadi kecelakaan …alias hamil dulu sebelum menikah, tetap saja anak yang dikandung itu bukanlah di luar rencana Tuhan”, atau orang tua berkata lha ini anak di luar rencana – maksudnya sudah ikut KaBe, tapi tetap saja hamil dan punya anak, anak tersebut tetap ada dalam agenda rencana Tuhan).

Tuhan tidak terkejut dengan kelahiran kita, karena pada kenyataannya memang Dia justru mengharapkannya. Sebelum orang tua kita mengandung kita, kita sudah ada dalam pikiran Allah.
Jadi bukanlah nasib, kesempatan, keberuntungan, atau kebetulan bahwa saat ini kita hidup dan bernafas. Kita hidup karena Tuhan menginginkannya.
Hanya seperti itu? Enggak! Tuhan merencanakan setiap detail dari tubuh kita. Rambut kita lurus, kriting, atau brimob (brintik mobal-mabul). Kulit kita putih, kuning, hitam, atau sawo mangkak eh matang. Dia yang memilih suku bangsa buat kita. Dia yang memberikan talenta kita. Dia yang menentukan keunikan kepribadianmu.  
Mari baca Mazmur 139 : 15-16. Karena Tuhan  menciptakan kita untuk suatu alasan, Dia juga memutuskan kapan kita lahir dan berapa lama kita hidup. Dia merencanakan hari-hari dalam hidup kita sebelum kita lahir. (Itulah mengapa kita wajib mensyukuri setiap hari dalam kehidupan kita).   
Tuhan merencanakan di mana kita akan dilahirkan, dan akan tinggal demi tujuan-Nya.  Suku bangsa dan kewarganegaraan kita bukanlah suatu kebetulan. Tuhan sama sekali tidak kenal kata “kebetulan”. Dia merencanakannya demi suatu tujuan. Tak sedikitpun terdapat sesuatu yang asal-asalan dalam hidup kita. Kita baca bersama Kisah Para Rasul 17 : 16.
Ada satu hal yang begitu mengagumkan yaitu Tuhan juga menentukan bagaimana kita akan lahir. Tidak peduli bagaiman keadaan kelahiran kita, siapa orang tua kita, apakah baik, buruk, atau acuh tak acuh. Tuhan telah merencanakan penciptaan kita. Dia tahu bahwa orang tua kita akan memiliki gen yang tepat untuk menciptakan kita sesuai dengan apa yang ada di pikiran-Nya. Mereka memiliki DNA seperti yang diinginkan Tuhan untuk menciptakan diri kita. 
Tuhan tidak pernah melakukan apapun secara kebetulan, dan Dia tidak pernah membuat kesalahan. Dia mempunyai alasan untuk setiap hal yang Dia ciptakan. Setiap tumbuhan dan binatang direncanakan oleh Tuhan, setiap orang dirancang dengan sebuah tujuan dalam pikiran-Nya. Motivasinya dalam mencipta adalah kasih-Nya. Alkitab berkata,”Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya”. (Efesus 1 : 4)
Tuhan memikirkan kita bahkan sebelum Dia menciptakan dunia! Tuhan merancang lingkungan planet dan alam semesta hanya agar kita dapat hidup di dalamnya. Kita adalah pusat kasih-Nya  dan menjadi ciptaan-Nya yang paling berharga. Alkitab dalam Yakobus 1 : 18 mengatakan :”Atas kehendak-Nya sendiri Ia  telah menjadikan kita oleh  firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya”.
Saat ini semakin banyak ahli fisika, biologi, dan ilmuwan lain mempelajari hal-hal tentang semesta alam, semakin kita paham bagaimana dunia ini secara unik sesuai untuk keberadaan kita, dibuat dengan spesifikasi yang tepat sehingga kita dapat hidup.
Dr. Michael Denton, seorang ahli riset senior tentang genetika molekul di University of Otago, New Zealand, telah menyimpulkan,” Semua bukti yang terdapat di ilmu biologi mendukung inti dari pertanyaan…bahwa kosmos adalah suatu rancangan khusus utuh dengan kehidupan dan manusia sebagai tujuan dan maksud yang mendasar …”. Alkitabpun sejak ribuan tahun yang lalu telah mengatakannya. Tuhan Allah menciptakan bumi bukan supaya tetap kosong tetapi untuk didiami. Baca Kejadian 1 dan 2.
Mengapa Allah melakukan ini semua? Mengapa Dia begitu repot menciptakan semesta alam untuk kita?
Jawabannya : karena Ia adalah Allah yang kasih. Kasih semacam itu sulit untuk diukur, tetapi dapat diandalkan. Kita diciptakan untuk menjadi subyek khusus dari kasih Allah. Diciptakan untuk dikasihi.
            Kasih adalah inti dari karakter Allah. Terdapat kasih yang sempurna dalam hubungan Tritunggal Allah, maka tanpa menciptakan kitapun sebenarnya, Allah tidak akan kesepian.  Dia menciptakan kita untuk dapat mengungkapkan kasih-Nya. Dia berkata :”Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku mengendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. (Yesaya 46 : 4).
            Jika Allah tidak ada, kita semua adalah suatu kebetulan / kecelakaan, suatu akibat kemungkinan acak astronomi di alam semesta ini.
            Tetapi Allah ada, Dia menciptakan kita dengan suatu alasan, dan hidup kita memiliki arti yang sangat dalam. Kita akan menemukan arti dari tujuan hidup kita jika kita menjadikan Allah sebagai pusat referensi hidup kita.
            Sebagai penutup, renungkan kisah hidup Raja Henry III dari Bavaria berikut ini: Raja Henry III merasa bosan dengan istana dan tekanan-tekanan hidup sebagai raja. Ia mengajukan permohonan kepada kepala biara Richard dari sebuah biara lokal untuk menjadi pertapa dan hidup di biara.
“Baginda, apakah baginda mengerti bahwa ikrar para biarawan di sini adalah mengenai ketaatan? Akan menjadi amat berat bagi banginda untuk mematuhinya karena baginda pernah jadi seorang penguasa tertinggi”, kata kepala biara.
Jawab Raja Henry III,”Aku sangat paham, selama sisa hidupku aku akan selalu patuh kepadamu, karena Kristus memimpinmu”.
“Kalau begitu aku akan memberitahukan apa yang harus baginda lakukan”, kata kepala biara itu,”kembalilah ke singgasanamu dan layanilah dengan setia di tempat Tuhan telah menunjukmu”.
            Raja Henry III kembali ke istananya dan selalu berusaha untuk memerintah dengan taat.

            Sekarang ini, bila kita merasa capai akan tugas dan tanggung jawab kita, ingatlah bahwa Tuhanlah yang  telah menempatkan kita di satu tempat tertentu. Bukanlah kebetulan kalau kita menjadi putra atau putri dari pasangan orang tua kita, bukanlah kebetulan kalau kita jadi siswa atau siswi SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, SMP Masehi, SMKN 1, SMAN 1, SMAN 2, menjadi mahasiswa UKSW, UGM, UTM, dll. Bukanlah kebetulan kalau bapak dan ibu kita berprofesi seperti apa yang menjadi pekerjaan mereka sekarang.   Kristus yang menempatkan kita dan orang-orang di sekitar kita di tempat kita semua sekarang, Dia mengharapkan diri kita untuk setia di tempat di mana Kristus menempatkan diri kita, dan bila Dia kembali kita akan memerintah bersama-Nya. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

When there is a will, there is a way