HAPPY VALENTINE
1 Petrus 4 :
8, Markus 12 : 28 - 31
Tanggal 14 Februari, dirayakan
sebagai hari Valentine di Amerika Serikat, dan sekarang ini bahkan dirayakan di
hampir seluruh negara di dunia. Anak-anak membuat poster bergambar hati untuk
ayah dan ibu mereka dan anggota keluarga yang lain. Para
tetangga saling mengantarkan kue dan cokelat berbentuk hati. Di sekolah dan di
tempat kerja orang saling berbagi cokelat atau gula-gula berbentuk hati. Kantor
pos sibuk mengantarkan kartu bergambar hati hati, karena banyak orang berkirim
kartu kepada sanak saudara, teman, atau pacar. Orang saling mengucapkan,”Happy
Valentine’s Day, You are my Valentine”.
Baru-baru ini bahkan ada sebuah
hotel yang menawarkan sebuah kamar yang seluruh bagian dalamnya dihias dengan
cokelat yang sebagian di antaranya bisa dimakan.
Apa
asal usul hari Valentine? Menurut tradisi yang dapat dipercaya,
Valentine lahir pada tanggal 14 Februari 270.
ia menjadi uskup di kota Terni , Italia yang
menyayangi dan disayangi banyak orang. Kotbah-kotbahnya sering berpokok pada kasih
sayang Tuhan Yesus pada semua orang tanpa membedakan kedudukan atau asal
usulnya. Semua orang ingin mendapatkan kasih sayang dan semua orang bisa
memberikan kasih sayang. Ketika Kaisar
Klaudius menghambat umat Kristen, Uskup Valentine ditangkap. Namun dari penjara tempat dia disekap dan
dianiaya, Valentine mengingat setiap orang yang dicintainya. Dalam sel, setiap hari dia membuat kartu
bergambar hati, dengan ucapan “aku cinta padamu” dan mengirimkannya kepada
setiap orang yang dicintainya.
Semua
orang yang ada di penjara itu juiga merasakan kasih sayang Valentine. Mereka
menmpelkan kartu bergambar hati di sel masing-masing. Setelah Valentine dihukum mati, orang-orang
di penjara itu melanjutkan kebiasaan membuat dan mengirimkan kartu bergambar
hati. Di kemudian hari, gereja menyatakan Valentine sebagai seorang santo.Begitulah sekarang ini tanggal 14
Februari dirayakan sebagai hari Santo Valentine.
Valentine
menyelami lubuk hati setiap orang. Tanpa kecuali tiap orang mempunyai kebutuhan
untuk dicintai dan juga mencintai. Kehadiran orang-orang yang dapat kita cintai
dan mencintai kita terasa menjadikan hidup ini lebih indah dan bermakna.
Memang
itulah indahnya hidup. Kita bisa menunjukkan kasih sayang pada orang lain dan
serempak dengan itu kita pun menimbulkan kasih sayang pada orang lain sehingga
mereka pun menyayangi kita.
Pertanyaan kita
sekarang seberapa besar kasih yang ada dalam diri kita? Renungkan kisah berikut ini :
Suatu
hari penyakit Mary kambuh, ia mengamuk dan menikam ibunya sehingga
meninggal.Sejak saat itu Charles memutuskan untuk menjadi penjaga Mary. Selama
tiga puluhan tahun, ia menjaga Mary dengan penuh kewaspadaan. Seorang teman
Charles berkata bahwa ia beberapakali melihat Charles dan Mary bergandengan
menuju rumah sakit jiwa. Mata keduanya basah oleh airmata. Sungguh ini
merupakan kisah sedih, sekaligus kisah yang luar biasa.
Dari
kisah di atas, kita mendapat suatu pelajaran penting, kasih itu butuh
pengorbanan. Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita mencintai seseorang dengan
hanya memberinya kartu bergambar hati atau cokelat. Kita juga harus mau
berkorban untuknya.
Saat
ini, mari kita menginstropeksi seberapa besar kasih yang sudah kita nyatakan
terhadap:
a.
Allah
Ingat
jauh sebelum budaya Valentine ada, Allah telah terlebih dahulu menyatakan
kasih-Nya pada kita dengan cara memberikan hadiah yang luar biasa, yaitu
putra-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Responlah kasih Allah ini dengan menyatakan kasih kita kepada-Nya dalam
pikiran dan tindakan kita.
b. Keluarga
Keluarga
adalah orang-orang terdekat, kita memiliki pertalian darah dengan mereka.
Pengorbanan apakah yang sudah kita berikan demi membahagiakan keluarga kita?
Mungkin sekali mereka sedang membutuhkan perhatian dan pertolongan kita saat
ini.
c. Saudara seiman
Hiduplah
rukun dan saling mengasihi terhadap saudara seiman. Kita adalah Keluarga Allah
yang seharusnya saling peduli dan saling
menopang satu dengan yang lain.
d. Rekan sekolah/sekerja
Kebencian,
rasa tidak suka, dan irihati sering muncul di sekolah atau di tempat kerja.
Pada hal kita mencari ilmu dan mencari rezeki di tempat yang sama. Oleh karena itu
bukankah akan lebih baik kalau kita melakukannya dalam suasana kasih?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
When there is a will, there is a way