KITA ADA ,
BUKANLAH
SUATU KEBETULAN
Bacaan
: Yesaya 44 : 2a ,“Beginilah firman Tuhan yang menjadikan
engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan dan yang menolong engkau”.
Kelahiran kita
bukanlah suatu musibah atau kesalahan. Hidup kita bukanlah suatu kebetulan
alam. (walau kadang ada yang berkata :”Si
anu menikah karena terjadi kecelakaan …alias hamil dulu sebelum menikah, tetap
saja anak yang dikandung itu bukanlah di luar rencana Tuhan”, atau orang tua
berkata lha ini anak di luar rencana – maksudnya sudah ikut KaBe, tapi tetap saja
hamil dan punya anak, anak tersebut tetap ada dalam agenda rencana Tuhan).
Tuhan tidak terkejut
dengan kelahiran kita, karena pada kenyataannya memang Dia justru
mengharapkannya. Sebelum orang tua kita mengandung kita, kita sudah ada dalam
pikiran Allah.
Jadi bukanlah
nasib, kesempatan, keberuntungan, atau kebetulan bahwa saat ini kita hidup dan
bernafas. Kita hidup karena Tuhan menginginkannya.
Hanya seperti itu? Enggak! Tuhan
merencanakan setiap detail dari tubuh kita. Rambut kita lurus, kriting, atau
brimob (brintik mobal-mabul). Kulit kita putih, kuning, hitam, atau sawo
mangkak eh matang. Dia yang memilih suku bangsa buat kita. Dia yang memberikan
talenta kita. Dia yang menentukan keunikan kepribadianmu.
Mari baca Mazmur 139 : 15-16. Karena
Tuhan menciptakan kita untuk suatu
alasan, Dia juga memutuskan kapan kita lahir dan berapa lama kita hidup. Dia
merencanakan hari-hari dalam hidup kita sebelum kita lahir. (Itulah mengapa
kita wajib mensyukuri setiap hari dalam kehidupan kita).
Tuhan
merencanakan di mana kita akan dilahirkan, dan akan tinggal demi
tujuan-Nya. Suku bangsa dan
kewarganegaraan kita bukanlah suatu kebetulan. Tuhan sama sekali tidak kenal
kata “kebetulan”. Dia merencanakannya demi suatu tujuan. Tak sedikitpun
terdapat sesuatu yang asal-asalan dalam hidup kita. Kita baca bersama Kisah Para Rasul 17 : 16.
Tuhan tidak
pernah melakukan apapun secara kebetulan, dan Dia tidak pernah membuat
kesalahan. Dia mempunyai alasan untuk setiap hal yang Dia ciptakan. Setiap
tumbuhan dan binatang direncanakan oleh Tuhan, setiap orang dirancang dengan
sebuah tujuan dalam pikiran-Nya. Motivasinya dalam mencipta adalah kasih-Nya.
Alkitab berkata,”Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan,
supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya”. (Efesus 1 : 4)
Tuhan
memikirkan kita bahkan sebelum Dia menciptakan dunia! Tuhan merancang
lingkungan planet dan alam semesta hanya agar kita dapat hidup di dalamnya.
Kita adalah pusat kasih-Nya dan menjadi
ciptaan-Nya yang paling berharga. Alkitab dalam Yakobus 1 : 18 mengatakan :”Atas
kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan
kita oleh firman kebenaran, supaya kita
pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya”.
Saat ini
semakin banyak ahli fisika, biologi, dan ilmuwan lain mempelajari hal-hal
tentang semesta alam, semakin kita paham bagaimana dunia ini secara unik sesuai
untuk keberadaan kita, dibuat dengan spesifikasi yang tepat sehingga kita dapat
hidup.
Dr. Michael
Denton, seorang ahli riset senior tentang genetika molekul di University of Otago , New
Zealand , telah menyimpulkan,” Semua bukti yang terdapat di ilmu
biologi mendukung inti dari pertanyaan…bahwa kosmos adalah suatu rancangan
khusus utuh dengan kehidupan dan manusia sebagai tujuan dan maksud yang
mendasar …”. Alkitabpun sejak ribuan tahun yang lalu telah mengatakannya.
Tuhan Allah menciptakan bumi bukan supaya tetap kosong tetapi untuk didiami.
Baca Kejadian 1 dan 2.
Mengapa Allah
melakukan ini semua? Mengapa Dia begitu repot menciptakan semesta alam untuk
kita?
Jawabannya : karena Ia
adalah Allah yang kasih. Kasih semacam itu sulit untuk diukur, tetapi dapat
diandalkan. Kita diciptakan untuk menjadi subyek khusus dari kasih Allah.
Diciptakan untuk dikasihi.
Kasih
adalah inti dari karakter Allah. Terdapat kasih yang sempurna dalam hubungan
Tritunggal Allah, maka tanpa menciptakan kitapun sebenarnya, Allah tidak akan
kesepian. Dia menciptakan kita untuk
dapat mengungkapkan kasih-Nya. Dia berkata :”Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai
masa putih rambutmu Aku mengendong kamu. Aku telah melakukannya dan
mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”.
(Yesaya 46 : 4).
Jika
Allah tidak ada, kita semua adalah suatu kebetulan / kecelakaan, suatu akibat
kemungkinan acak astronomi di alam semesta ini.
Tetapi Allah ada, Dia menciptakan
kita dengan suatu alasan, dan hidup kita memiliki arti yang sangat dalam. Kita
akan menemukan arti dari tujuan hidup kita jika kita menjadikan Allah sebagai
pusat referensi hidup kita.
Sebagai penutup, renungkan kisah hidup
Raja Henry III dari Bavaria
berikut ini: Raja Henry III merasa bosan dengan istana dan tekanan-tekanan
hidup sebagai raja. Ia mengajukan permohonan kepada kepala biara Richard dari
sebuah biara lokal untuk menjadi pertapa dan hidup di biara.
“Baginda,
apakah baginda mengerti bahwa ikrar para biarawan di sini adalah mengenai
ketaatan? Akan menjadi amat berat bagi banginda untuk mematuhinya karena
baginda pernah jadi seorang penguasa tertinggi”, kata kepala biara.
Jawab
Raja Henry III,”Aku sangat paham, selama sisa hidupku aku akan selalu patuh
kepadamu, karena Kristus memimpinmu”.
“Kalau
begitu aku akan memberitahukan apa yang harus baginda lakukan”, kata kepala
biara itu,”kembalilah ke singgasanamu dan layanilah dengan setia di tempat
Tuhan telah menunjukmu”.
Raja Henry III kembali ke istananya
dan selalu berusaha untuk memerintah dengan taat.
Sekarang ini, bila kita merasa capai
akan tugas dan tanggung jawab kita, ingatlah bahwa Tuhanlah yang telah menempatkan kita di satu tempat
tertentu. Bukanlah kebetulan kalau kita menjadi putra atau putri dari pasangan
orang tua kita, bukanlah kebetulan kalau kita jadi siswa atau siswi SMPN 1,
SMPN 2, SMPN 3, SMP Masehi, SMKN 1, SMAN 1, SMAN 2, menjadi mahasiswa UKSW,
UGM, UTM, dll. Bukanlah kebetulan kalau bapak dan ibu kita berprofesi seperti
apa yang menjadi pekerjaan mereka sekarang.
Kristus yang menempatkan kita dan orang-orang di sekitar kita di tempat
kita semua sekarang, Dia mengharapkan diri kita untuk setia di tempat di mana
Kristus menempatkan diri kita, dan bila Dia kembali kita akan memerintah
bersama-Nya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
When there is a will, there is a way